Bagaimana Menghadapi Tantangan Pertumbuhan Ekonomi yang Semakin Kompleks

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala BPPN Bambang Brodjonegoro menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global mulai membaik sejak tahun 2017. Namun lajunya masih di bawah tingkat pertumbuhan sebelum krisis finansial global pada 2008.

Wah, kenapa bisa begitu ya pak menteri?

Ternyata, karena pemulihan pertumbuhan ekonomi yang mendapatkan momentum pada 2016 itu dibarengi dengan ketidakpastian yang kian kompleks. Sehingga Indonesia menghadapi tantangan yang semakin kompleks untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Pada saat yang sama, sumber-sumber pertumbuhan global melambat. Perekonomian domestik menghadapi sejumlah persoalan struktural. Diantaranya adalah perekonomian yang masih berbasis komoditas. Padahal transformasi struktural menjadi negara industri harus dilakukan cepat. Akibatnya perekonomian Indonesia belum efektif dan produktif.

Selanjutnya Bappenas menggunakan skenario dengan asumsi sebagai berikut :

1. Investasi tumbuh rata-rata 5,5 persen pertahun

2. Tidak ada peningkatan efisiensi pasar tenaga kerja

3. Tidak ada reformasi di dunia pendidikan


Padahal Indonesia butuh rata-rata di atas 6 persen per tahun untuk menjawab tantangan tersebut. Misalnya kemiskinan dan pengangguran. Indonesia baru akan naik kelas dari kategori negara berpendapatan menengah pada 2038 jika pertumbuhan rata-rata 5 persen per tahun. Tapi jika pertumbuhan rata-rata bisa 6 persen pertahun, peningkatan status akan terjadi pada tahun 2034.

Sementara itu tantangan semakin kompleks dengan adanya 3 tantangan baru, yaitu :

1. Ketidakpastian kebijakan moneter negara maju.

Kebijakan moneter negara maju akan langsung mempengaruhi sistem keuangan dunia. Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pengaruhnya adalah tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi domestik.

2. Proteksionisme.

Proteksionisme ini berpotensi memicu perang dagang global sehingga tarif perdagangan global bisa naik 15 persen. Untuk mengatasinya, negara-negara di dunia mempererat kerjasama ekonomi kawasan. Asia bisa menjadi benteng yang menahan dampak negatif dari proteksionisme tersebut.

3. Teknologi disruptif

Disrupsi digital merupakan tantangan serius bagi perekonomian domestik. Arus utama dalam wacana umum adalah bahwa tekhnologi digital akan membantu usaha kecil menengah mengakses langsung konsumen.


Komentar